Upaya memberdayakan masyarakat melalui Program Diseminasi Teknologi Spesifik Lokasi (Speklok) oleh Kementerian Riset dan Teknologi di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan dimulai sejak bulan Maret 2011 melalui identifikasi kebutuhan masyarakat setempat. Program Speklok sendiri berusaha untuk menjembatani interaksi antara kapasitas penyedia Iptek dengan kebutuhan pengguna. Pada identifikasi awal tersebut, diperoleh beberapa gambaran prioritas kebutuhan teknologi masyarakat Kabupaten Tanah Laut, yaitu kebutuhan pelatihan dan pengolahan pakan ternak khususnya pakan sapi, kebutuhan pembuatan dan pelatihan pupuk organik dari kotoran sapi, tandan kosong sawit dan sekam padi, serta kebutuhan pelatihan dan pembuatan biogas permanen.
Hal tersebut disampaikan Momon Sadiyatmo, Asdep Iptek Masyarakat saat memaparkan tentang program Speklok di Pusat Pelatihan dan Diseminasi Teknologi Peternakan dan Pertanian Terpadu (P2DTP2T) Sungai Riam, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, pada pada hari Ahad, 25 Desember 2011. Dalam kegiatan yang dihadiri oleh Menristek, Gusti Muhammad Hatta, tersebut, Momon juga memaparkan bahwa identifikasi tersebut telah ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan diseminasi teknologi berbasis Biogas Elektrik pada bulan Juni 2011 di P2DTP2T Pelaihari, yang kemudian menjadi salah satu lokus perakitan dan penempatan Digester Biogas Elektrik untuk tahun 2011.
Selain mendengarkan pemaparan tentang program Speklok, pada kesempatan tersebut Menristek juga mendengarkan pemaparan dari Kepala BATAN, Hudi Hastowo tentang Kegiatan Pengembangan Varietas Padi Sawah Unggul Hasil Litbang Iptek Nuklir yang merupakan kerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Kerjasama yang sudah terjalin sejak tahun 2001 tersebut dalam bentuk penangkaran benih padi (Woyla, Cilosari, Atomita IV dan Kahayan, Mira 1 dan Bestari), teknologi pemupukan hayati azolla, uji daya hasil galur-galur mutan dan berbagai jenis kegiatan lainnya. Secara umum, digambarkan bagwa dari sisi potensi hasil, beberapa varietas terutama Mira 1 dan Bestari rata-rata lebih tinggi dari padi unggul yang ada di Kalimantan Selatan, misalnya padi Cilosari dengan potensi hasil sebanyak 5,2 t/ha, padi Atomitha IV dengan potensi hasil sebanyak 5,7 t/ha, dan padi Mira I dengan potensi hasil sebanyak 5,8 t/ha (aluvial tanpa pupuk).
Menristek dalam sambutannya menanggapi hasil positif dari pemaparan tersebut menyambut gembira sinergi yang dilakukan Kementerian Ristek, BATAN, Universitas Lambung Mangkurat dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui P2DTP2T dalam mendayagunakan hasil litbang Iptek di Masyarakat. “Capaian ini relevan dengan program kami, yaitu Sistem Inovasi Daerah, yang di dalamnya kita ingin mempertemukan antara aspek kelembagaan, sumber daya dan jaringan”, Ujar Menristek.
Dalam kegiatan tersebut, Menristek juga menyempatkan berdialog dengan para petani dan peternak binaan P2DTP2T, sekaligus meninjau proses pengolahan pupuk organik berbasis kotoran dan fasilitas Biogas Elektrik yang dibuat oleh Ristek. Kunjungan Kerja Menristek ke Kabupaten Tanah Laut pada hari itu diakhiri dengan temu wicara bersama petani andalan dan pelaku usaha di Badan Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Terpadu (BP3T) Balitbangda Kalsel di Kecamatan Tambang Ulang. (munawir)