Masih banyak hasil riset yang belum sinergis dengan permasalahan yang ada di masyarakat. Hasil riset yang lebih banyak berakhir hanya sampai publikasi paper dan paten ternyata tidak relevan dengan kebutuhan riil di lapangan. Kondisi tersebut diperparah dengan terjadinya tumpang tindih riset di perguruan tinggi dan lembaga litbang pemerintah akibat anggaran riset dari APBN belum fokus pada bidang-bidang yang relevan dengan permasalahan bangsa.
Hal ini dikatakan Wapres Boediono saat memberika pengarahan di depan peserta The 2nd Indonesia International Conference on Innovation, Enterpreunership and Small Business yang diadakan di Universitas Multimedia Nusantara, Serpong pada hari Kamis, 15 Juli 2010. Dalam kesempatan tersebut, Boediono didampingi oleh Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata. Turut Hadir Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiah dan Rektor ITB, Akhmaloka.
“Koordinasi dari kegiatan penelitian sangat penting, walaupun semua sibuk melakukan penelitian tetap tidak ada kaitan antara bidang-bidangnya, maka hasilnya tidak akan optimal” ujar Boediono. Boediono mengharapkan Menristek dapat memperkuat koordinasi agar permasalahan tumpang tindih riset dan kurangnya relevansi hasil riset dengan kebutuhan masyarakat dapat diatasi.
Boediono menegaskan, masalah riset bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat saja, namun dunia bisnis dan industri perlu diajak untuk turut serta memajukan riset dan inovasi. Dibandingkan negara lain, partisipasi dunia bisnis dalam membiayai kegiatan litbang di Indonesia masih sangat rendah. Sektor-sektor terkait di dalam pemerintah perlu bersama-sama memikirkan sebuah grand design untuk menarik minat sektor bisnis untuk terlibat lebih jauh dalam bidang riset dan inovasi. Si akhir arahannya, Boediono menekankan bahwa inovasi adalah induk dari peningkatan produktivitas yang menjadi sumber kemajuan suatu bangsa khususnya di bidang ekonomi yang berkesinambungan. (munawir)