Program Nasional Swasembada Daging Sapi tahun 2014, merupakan salah satu program prioritas Pemerintah dalam lima tahun sejak tahun 2010, dimaksudkan untuk mewujudkan ketahanan pangan asal ternak berbasis sumberdaya lokal. Program ini dirancang dari hulu–hilir, didukung oleh kemampuan dalam penguasaan dan pemanfaatan Iptek dengan melibatkan paling tidak 10 kementerian dan 3 lembaga. Untuk mencapai swasembada daging pada tahun 2014 tersebut, diperlukan berbagai rumusan kebijakan dan strategi khusus, antara lain: (1) pembibitan dan pemuliabiakan sapi nasional; (2) terobosan peningkatan populasi sapi; dan (3) ketahanan pakan nasional.
Selain kebijakan dan strategi tersebut, dukungan penguasaan iptek terhadap swasembada dapat diwujudkan melalui : pertama, peningkatan kemampuan SDM termasuk juga kapasitas para peternak–petani; kedua, pengembangan teknologi untuk perbaikan mutu bakalan melalui metoda inseminasi buatan, embrio transfer atau rekayasa genetika; ketiga, pengembangan teknologi untuk menjamin ketersediaan pakan sepanjang tahun dengan teknologi pakan murah; dan keempat, pengembangan kawasan terpadu/klaster inovasi peternakan–pertanian sebagai wahana untuk mengintegrasikan dan mensinergikan aktivitas litbang dengan dunia usaha yang menghasilkan produk industri peternakan–pertanian, seperti industri daging dan turunannya; industri pakan; industri pupuk dan bahan bakar terbarukan, yang sering kali disebut dengan 4 F (food, feed, fertilizer, dan fuel).
Hal tersebut disampaikan Menristek, Gusti Muhammad Hatta saat berkunjung ke Balai Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Terpadu (BP3T) Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan pada hari Senin, 16 Desember 2013. Kunjungan tersebut dalam rangka Program Kementerian Ristek yaitu Pengembangan Teknologi Peternakan Ruminansia Besar sebagai upaya mendukung Program Nasional Swasembada Daging Sapi tahun 2014. dalam Roadmap Program Swasembada tersebut, Kalimantan Selatan memang menjadi daerah prioritas pengembangan campuran Inseminasi Buatan dan Kawin Alam. “Konsumsi daging per kapita nasional kita masih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, padahal kita sudah punya ahlinya dan hasil penelitian terkait produktivitas ternak juga sudah banyak namun belum dimanfaatkan secara massal. Oleh karena itu, Kementerian Ristek mendorong penggunaan teknologi untuk meningkatkan produksi ternak”, ujar Menristek.
Program Kementerian Ristek tersebut dilaksanakan dalam bentuk pelatihan dan pelaksanaan inseminasi buatan pada sapi, pelatihan dan pembuatan pakan awetan, pelatihan dan pembuatan pakan konsentrat, pelatihan dan pembuatan silase, pelatihan dan pembuatan pupuk organik, serta pelatihan dan pembuatan bakso sebagai produk olahan daging. Tujuan akhir dari program ini adalah meningkatnya angka kelahiran ternak khususnya sapi di Kabupaten Tanah Laut dan sekitarnya sebagai daerah percontohan dan Kalimantan Selatan secara keseluruhan.
Di penghujung acara, Menristek bersama Wakil Gubernur Kalimantan Selatan, Rudy Resnawan meninjau pameran tersebut sekaligus menyerahkan sertifikat penghargaan kepada 10 inseminator terbaik, sertifikat alih teknologi IB Sexing dan sertifikat ISO 9001:2008 bagi Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Banjar Baru. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Sekretaris Kementerian Ristek, Hari Purwanto; Plt Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek, I Wayan Budiastra dan Staf Khusus Menristek Bidang Daerah dan Media Massa, Gusti Nurpansyah. (munawir)