Saat ini masih terdapat banyak aktivitas riset saling tumpang tindih dan belum sejalan dengan arah pembangunan bangsa. Hasil dari aktivitas riset tersebut kurang relevan dengan kebutuhan dan persoalan di masyarakat. Untuk menjawab kesenjangan antara supply-push dan market-driven tersebut, Kementerian Riset dan Teknologi menjalankan strategi yaitu membangun kebersamaan (sinergi fungsional), mempromosikan hasil litbang dan menyerap kebutuhan pengguna.
Hal tersebut disampaikan Menteri Negara Riset dan Teknologi, Suharna Surapranata, pada Rapat Sinkronisasi Bahan Retreat KIB-II Bidang Litbang dan Penyuluhan Pertanian di Kantor Kementerian Pertanian, Kamis, 1 Juli 2010.
Lebih lanjut Suharna menjelaskan bahwa untuk menjalankan strategi membangun kebersamaan, maka seluruh lembaga terkait harus merujuk kepada Agenda Riset Nasional untuk penyaluran dana insentif riset agar tepat sasaran dan sesuai dengan arah pembangunan bangsa. “Dalam ARN yang sekarang, kita hanya akan memberikan dana insentif riset bila tujuan dan hasil risetnya efektif dan jelas”, ujar Suharna.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian, Suswono menerangkan bahwa anggaran sektor pertanian masih didominasi oleh subsidi input, khususnya subsidi pupuk. Sedangkan sumber peningkatan produktivitas, dalam hal ini kegiatan litbang masih mendapatkan porsi yang kecil. Data yang dirilis International Food Policy Research Institute (IFPRI) menunjukkan bahwa pembiayaan kegiatan litbang pertanian di Indonesia hanya berkisar 0,22% dari total PDB Pertanian. Angka ini relatif kecil dibandingkan negara-negara tetangga, misalnya Malaysia yang mencatatkan biaya litbang pertaniannya pada angka 1,92% dari PDB pertaniannya. Oleh sebab itu, menurut Suswono, pada tahun 2011 anggaran akan difokuskan ke arah peningkatan produktivitas di antaranya melalui optimalisasi sistem litbang dan penyuluhan pertanian.
Menanggapi hal tesebut, Menegristek Suharna menekankan agar efektivitas hasil-hasil riset nantinya harus ditingkatkan seiring meningkatnya anggaran litbang pertanian. Menutup pembicaraannya Suharna kembali menegaskan pentingnya membangun kebersamaan . “Ternyata anggaran kita yang sedikit itu namun bila dikelola bersama-sama, maka akan banyak hal monumental yang dapat kita buat. Kuncinya adalah sinergi” tegas Suharna.
Pada pertemuan tersebut, hadir pula Plt. Staf Ahli Menegristek bidang Pangan dan Pertanian, Masrizal; Kepala Puslit Bioteknologi LIPI, Bambang Prasetya; Kepala Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN, Zainal Abidin; dan Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT, Nenie Yustiningsih. (munawir)