Untuk mendongkrak kesiapan teknologi hasil lembaga litbang dan meningkatkan jumlah teknologi yang dimanfaatkan oleh industri dan pelaku usaha, pada tahun 2011 Kementerian Riset dan Teknologi meluncurkan Program Pengembangan Pusat Unggulan Iptek (PUI). Melalui program ini, lembaga litbang didorong untuk menghasilkan produk dan teknologi yang dapat digunakan oleh industri dan pelaku usaha untuk meningkatkan daya saingnya.
Setelah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) ditetapkan sebagai Pusat Unggulan Iptek Kelapa Sawit pada tahun 2011 dan Puslit Kopi dan Kakao serta Lembaga Penyakit Tropis Unair masing-masing ditetapkan sebagai Pusat Unggulan Iptek Kakao (Puslitkoka) dan Pusat Unggulan Iptek Penyakit Tropis pada tahun 2012. Ketiga lembaga tersebut ditetapkan sebagai PUI karena capaian akademik dan kontribusinya terhadap pengembangan industri kelapa sawit, teknologi pengolahan kakao, dan industri kesehatan melalui pengembangan aneka produk vaksin serta riset stem cell untuk pengobatan penyakit degeneratif.
Pada penghujung tahun 2013 ini, Kementerian Ristek kembali menetapkan 3 lembaga litbang sebagai Pusat Unggulan Iptek. Dua di antaranya merupakan lembaga litbang baru, yaitu Pusat Kajian Hortikultura (PKHT) IPB dan Pusat Studi Biofarmaka (PSB) IPB. Sedangkan satu sisanya adalah lembaga litbang lama, yaitu Puslitkoka dengan pengembangan tema riset kopi. Penganugerahan Pusat Unggulan Iptek tahun 2013 diselenggarakan di auditorium BPPT pada hari Selasa, 17 Desember 2013, dan diserahkan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa beserta Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta.
Menurut Menko Bidang Perekonomian, tidak ada satupun negara di dunia ini yang negaranya menjadi maju tanpa menguasai keunggulan iptek. Salah satu ciri dari globalisasi saat ini, diantaranya adalah semakin dalamnya penetrasi sains dan teknologi kedalam perekonomian, yang berarti inovasi menjadi kata kunci dari sebuah keunggulan. “Tidak ada pilihan bagi kita, secepat mungkin mentransformasikan perekonomian kita berbasis inovasi. Kuncinya ada pada kemampuan riset dan pusat unggulan kita untuk menghasilkan knowledge, kemudian dikembangkan menjadi invention, dan kemudian menjadi inovasi”, ujar Hatta Rajasa.
Menurut Menristek, daya saing Indonesia berada pada peringkat 38 dari 148 negara. Dari indikator yang terkait dengan inovasi, Indonesia menduduki peringkat yang relatif cukup baik yaitu di urutan 33, namun dari aspek kesiapan teknologis (technological readiness) masih lemah yaitu berada di urutan 75. “Ini berarti hasil penelitian kita belum siap diproduksi secara massal. Pusat Unggulan Iptek kita harapkan mampu menjadi alat untuk meningkatkan nilai kesiapan teknologi kita”, ujar Menristek.
Di samping lima lembaga litbang yang telah ditetapkan sebagai Pusat Unggulan iptek, masih ada 12 lembaga litbang lagi yang sedang dipersiapkan Kemenristek menjadi pusat unggulan Iptek, di antaranya Pusat Penelitian Karet, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN, Pusat Mikroelektronika ITB, Pusat Penelitian Pigmen Material Aktif Universitas Ma Chung, serta beberapa konsorsium lembaga riset dalam bidang pengembangan lahan suboptimal, teknologi reklamasi lahan, hutan tropis berkelanjutan, energi terbarukan, rumput laut, pariwisata, ruminansia besar, dan sagu yang masing-masing tersebar di enam Koridor Ekonomi MP3EI. Lembaga-lembaga litbang ini akan menjadi pusat unggulan di bidangnya masing-masing dan mendukung terwujudnya industri yang berdaya saing, meningkatkan produksi dan kualitas produk dalam rangka kemandirian dan ekspor.
Lembaga litbang yang dipersiapkan menjadi Pusat Unggulan Iptek akan terus bertambah jumlahnya sampai tercapai batas minimum (critical mass), sehingga dapat berkontribusi secara signifikan mendongkrak pertumbuhan ekonomi di tiap koridor ekonomi yang tinggi, inklusif dan berkelanjutan, meningkatkan konektivitas/infrastruktur antar koridor ekonomi dan meningkatkan daya saing ekonomi nasional, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan mewujudkan visi MP3EI yaitu menjadi 12 negara besar dunia pada tahun 2025 dan 7 negara besar dunia pada tahun 2050. (mwr/ humasristek)