Berdasarkan dari data Global Growth Competitiveness Index yang dikeluarkan oleh World Economy Forum tahun 2012-2013 menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ke-50 dari 144 negara yang disurvey dimana pada tahun sebelumnya Indonesia bisa menduduki peringkat ke-46 dari 142 negara yang disurvei. Penurunan peringkat tersebut disebabkan ABG (Academic, Business, Government) belum bisa bersinergi dalam memproduksi hasil-hasil riset yang telah dihasilkan selama ini.
Hal tersebut disampaikan Mennegristek, Gusti Muhammad Hatta saat menyampaikan kuliah umum dan sosialisasi insentif riset SINas di depan civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat, di Auditorium Fak. Kedokteran UNLAM di Banjarbaru, Kalimantan Selatan pada Jumat, 15 Maret 2013. Mennegristek juga menyayangkan masih banyaknya hasil riset yang hanya pada level prototype saja. ”Infrastruktur dan birokrasi juga menjadi penyebab yang membuat Indonesia turun peringkat. Dengan demikian, banyak hasil riset di indonesia hanya sampai di protipe atau hanya sampai diatas meja saja. Penyebab lainnya adalah pengusaha dan pemerintah yang belum bisa bersinergi dalam memproduksi hasil riset secara massal,” Tegas Gusti.
Oleh karena itu Mennegristek berharap Insentif Riset SINas dapat menyelesaikan persoalan ini, karena sasaran Insentif Riset SINas ini adalah untuk peningkatan produktivitas (academic of excellent) dan pendayagunaan hasil litbang nasional (economic value). “Saya berharap dengan adanya Insentif SINas, Perguruan Tinggi baik swasta dan negeri, Lemlit, LPPM dan konsursium riset, bisa menghasilkan riset atau penelitian yang bisa menjadi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi negeri kita tercinta ini, tentunya ABG harus bisa bersinergi,” harap Mennegristek.
Terdapat empat skema Pendanaan Riset SINas, yaitu (1) Insentif Riset Dasar, yang ditujukan untuk mengejar ketertinggalan penguasaan iptek (state of the art) dan menghasilkan penemuan-penemuan baru yang berkualitas (breakthrough, nobel prize), (2) Insentif Riset Terapan, yang ditujukan untuk menghasilkan teknologi dan meningkatkan kemampuan pengintegrasian teknologi, khususnya dalam mengaplikasikan hasil-hasil riset dasar menjadi proven technology, (3) Insentif Riset Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi, yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan teknologi di sektor produksi melalui kemitraan riset lembaga litbang dengan industri, dan (4) Insentif Percepatan Difusi Dan Pemanfaatan Iptek yang ditujukan untuk mendifusikan iptek dan meningkatkan pemanfaatan hasil-hasil litbang melalui pembiayaan penerapan teknologi di sektor produksi, pembiayaan lembaga intermediasi yang dapat menerapkan hasil litbang di sektor produksi (performance based) dan stimulus bagi penumbuhan start-up company berbasis teknologi (misalnya melalui inkubator teknologi). Topik Riset yang didanai harus sesuai dengan 7 bidang fokus riset nasional, yaitu Teknologi Pangan, Teknologi Kesehatan dan Obat, Teknologi Energi, Teknologi Transportasi, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Teknologi Pertahanan dan Keamanan, dan Teknologi Material Maju.
Pemaparan tentang Insentif Riset Sinas ini disampaikan langsung Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek, Teguh Rahardjo dan Asdep Relevansi Program Riset IPTEK, Ahmad Dading Gunadi. Turut hadir pada acara tersebut Staf Khusus Menteri bidang Kelembagaan, Gusti Nurpansyah; Tenaga Ahli Menteri Bidang Anggaran, Shidki Wahab; dan Asdep Iptek Masyarakat, Sadiyatmo. (munawir)