Salah satu tantangan bersama yang dihadapi oleh anggota Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) adalah pencemaran dan kerusakan ekosistem laut. Pembuangan limbah secara illegal oleh pribadi maupun industri telah mengancam kelestarian lingkungan laut. polusi, penambangan, dan penangkapan ikan dengan cara yang salah juga dapat mengakibatkan rusaknya terumbu karang, terhambatnya pertumbuhan fitoplankton dan kerusakan biota laut lainnya. Dibutuhkan para peneliti yang memiliki dedikasi yang tinggi untuk menyelesaikan berbagai masalah dan tantangan di bidang kelautan.
Hal tersebut disampaikan Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, saat mengumumkan pemenang penghargaan The APEC Science Prize for Innovation, Research, and Education (ASPIRE) di Hotel Santika Dyandra Medan, Senin 1 Juli 2013. Penghargaan ASPIRE 2013 dimenangkan oleh Dr. Carissa Klein dari University of Queensland, Australia. Sebagai Ketua APEC tahun ini, Indonesia diminta menentukan tema dari kompetisi ini. ”Tahun ini kita memilih tema Pembangunan Kelautan Berkelanjutan (Sustainable Ocean Development), karena keinginan kita yang kuat mendorong ekonomi APEC yang lain untuk mencari solusi pembangunan kelautan yang berkelanjutan secara ekonomi dan mempertimbangkan aspek lingkungan hidup,” ujar Menristek.
Menristek juga mendorong APEC Policy Partnership on Science, Technology and Innovation (PPSTI), agar pada tahun-tahun mendatang, industri yang menunjukkan komitmen berkolaborasi di bidang litbang iptek dan inovasi agar mendapatkan penghargaan dari APEC. “Saat ini APEC telah melahirkan banyak pemikir muda yang hebat. Kita butuh lebih banyak pelaku dengan memadukan tenaga kerja ilmiah kita dengan sektor bisnis dan industri. Dengan demikian, APEC akan menjalankan siklus penuh inovasi,” ujar Menristek.
Carissa Klein mengungguli enam nominasi lainnya, yaitu Zhonghui Liu dari Hongkong, Tonni Agustiono Kurniawan dari Indonesia, Craig Radford dari Selandia Baru, Changxiang Yan dan Cina, Yeon-Ju Lee dari Korea, dan Demian Alexander Willette dari Amerika Serikat. Para nominasi ini dipilih dari kegiatan penelitian mereka yang unggul dan dibuktikan dengan banyaknya publikasi ilmiah internasional yang diterbitkan. Selain itu para nominasi juga melakukan kolaborasi dengan peneliti lain dari ekonomi anggota APEC. Penelitian yang dilakukan Carissa Klein telah membantu dua ekonomi APEC, yaitu Amerika Serikat dan Malaysia dalam melakukan zonasi spasial untuk kegiatan penangkapan ikan dan konservasi. “Orang sering melihat pengembangan kawasan laut yang dilindungi sebagai konflik kepentingan antara penangkapan ikan dan konservasi. Padahal kita dapat melakukan zonasi di laut untuk mempertemukan kebutuhan para pemangku kepentingan, baik itu industri perikanan, perusahaan pertambangan dan kelompok konservasi,” ujar Carissa.
Penghargaan ASPIRE adalah penghargaan tahunan untuk para peneliti muda APEC yang masih berusia di bawah 40 tahun. Hadiah kepada pemenang sebesar 25.000 USD diberikan oleh publishers international dalam bidang iptek yaitu Wiley dan Elsevier. Sebelumnya, ASPIRE dimenangkan Ali Javey dari Amerika Serikat (2011) dan Rossa Wai Kwun Chiu dari Hongkong, China (2012). Turut hadir menyaksikan penyerahan ASPIRE , Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho dan Deputi Menristek Bidang Jaringan Iptek, Agus Rusyana Hoetman, selaku Chairman APEC PPSTI. (munawir)