Dalam menghadapi tantangan global terkait ketahanan energi, Pemerintah Indonesia serius mengembangkan riset energi alternatif yang bersumber dari tenaga surya, angin, arus laut, bahan bakar nabati, panas bumi, dan juga teknologi nuklir yang bersih dan aman.
Hal tersebut diungkapkan Mennegristek, Gusti Muhammad Hatta, saat menyampaikan pidato pada Opening Plenary, EU Science : Global Challenge Global Collaboration Conference yang diselenggarakan di Brussels, Belgia pada 5 Maret 2013. Mennegristek juga menegaskan bahwa saat ini perubahan dan tantangan global yang tidak dapat diprediksi telah mempengaruhi semua negara di dunia, sehingga diperlukan kebersamaan dan bahu-membahu dalam menghadapi tantangan tersebut. ”Saya tekankan di sini, bahwa Indonesia siap bekerja sama dengan negara lain, melalui kolaborasi global dalam menghadapi tantangan global yang tidak bisa dihindari lagi”, Ujar Mennegristek.
Selain Mennegristek, pada acara tersebut beberapa Menteri terkait riset, iptek dan inovasi juga tampil memaparkan perkembangan di negara masing-masing khususnya dalam menghadapi permasalahan global dewasa ini. Menteri yang hadir antara lain Menteri Sains Montenegro, Sanja Vlahovic; Menteri Pendidikan Tinggi dan Riset Ilmiah Maroko, Lahcen Daoudi; serta Menteri Iptek Kanada, Gary Goodyear.
Kehadiran Mennegristek pada konferensi tersebut atas undangan Parlemen Eropa. Mennegristek menjadi satu-satunya Menteri yang mewakili negara dari kawasan Asia Tenggara. Selama ini Indonesia memang menjadi mitra aktif beberapa negara Eropa, seperti Belanda, Jerman dan Perancis untuk kerjasama dalam bidang riset dan iptek. Selain kerjasama bilateral, Indonesia juga menjalin kemitraan dengan Uni Eropa, baik melalui program-program yang disepakati bersama ataupun melalui skema pendanaan riset kompetitif Framework Programme (FP) 7.
Komisioner Eropa untuk Riset, Iptek dan Inovasi, Máire Geoghegan-Quinn, yang tampil membuka konferensi tersebut, menyampaikan bahwa Uni Eropa beserta negara-negara mitra melalui kegiatan riset bersama telah menghasilkan beberapa solusi untuk permasalahan global misalnya di bidang kesehatan, energi dan mitigasi bencana alam. “Riset dan Inovasi adalah komponen yang paling esensial dalam berbagai pendekatan dalam menyelesaikan masalah global yang sedang kita hadapi saat ini”. Ujar Máire.
Konferensi yang diselenggarakan selama lima hari tersebut, dihadiri para pembuat kebijakan Iptek, ilmuwan dan peneliti serta perwakilan dunia industri yang berasal lebih dari 100 negara. Selama konferensi tersebut, diadakan 45 seminar yang mengangkat topik tematik seperti kesehatan, energy, TIK, Keamanan, Material Maju, Transportasi, Lingkungan, Keantariksaan, Pertanian dan Pangan. Isu-isu horizontal, misalnya transfer teknologi, HaKI, dan kemitraan global juga dibahas pada pada seminar parallel selama penyelenggaraan konferensi tersebut. (munawir)