Nilai ekonomi dari berbagai komoditi sumber daya alam cenderung mengalami penurunan relatif terhadap nilai ekonomi produk-produk teknologi yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan serta meningkatkan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, Indonesia perlu menggeser sumber ekspor dari komoditas dan produksi biaya rendah menuju produk bernilai tambah tinggi, dan inovasi memainkan peran besar dalam mempercepat proses transformasi iniuntuk meningkatkan produktivitas ekonomi Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Mennegristek, Gusti Muhammad Hatta saat menyampaikan ceramah umum tentang implementasi pilar ketiga Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesa (MP3EI) dan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) di depan masyarakat Bangka Belitung di Hotel Aston Soll Marina Pangkalpinang, pada hari Senin, 15 April 2015. Menurut Mennegristek pendekatan pemanfaatan inovasi dapat dilakukan secara lebih terintegrasi di tingkat daerah dalam bentuk SIDa yang mendukung implementasi MP3EI.
Mennegristek menambahkan, bahwa melalui SIDa, diharapkan terbentuk jejaring atau interaksi dan sinergi antar aktor inovasi (akademisi, business, pemerintah, komunitas) maupun pendukungnya seperti lembaga finansial dan lembaga legislasi. Dengan demikian, pemanfaatan inovasi dapat lebih memperhatikan ciri khas daerah masing-masing. Dengan ditandatanganinya Peraturan Bersama Menristek dan Mendagri yang tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa)Pada tanggal 25 April 2012 lalu, peran Badan Litbang Daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota menjadi sangat vital sebagai ujung tombak pelaksanaan SIDa. “Litbang jangan lagi diistilahkan dengan ‘sulit berkembang’, namun harus identik dengan istilah ‘elit dan membanggakan’”, ujar Mennegristek.
Ceramah Umum Mennegristek juga dirangkaikan dengan Diseminasi Iptek Nuklir dan hasil studi tapak PLTN di Babel oleh Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Djarot Sulistio Wisnubroto. Terkait hal tersebut, Mennegristek menyampaikan sikapnya yang mendorong rencana pembangunan PLTN di Bangka Belitung. Kebutuhan energi pada tahun 2025 sekitar 100 giga ton lebih saat ini baru dapat dipenuhi sekitar 30 persen, dan PLTN merupakan alternatif yang dapat mengatasi kelangkaan energy di masa depan. Pemilihan Pulau Bangka sebagai lokasi studi tapak PLTN, karena selain sumber uranium tersedia, posisi pulau ini juga sangat strategis. “Pulau Bangka relatif aman dari gempa karena terlindungi Pulau Sumatera dari ring of fire, selain itu listrik yang dihasilkan nanti dapat dengan mudah dihubungkan dengan jaringan listrik utama di pulau Sumatera dan pulau Jawa”, ujar Mennegristek.
Dalam kunjungannya ke Pangkalpinang tersebut, Mennegristek didampingi Deputi Bidang Sumber Daya Iptek, Freddy Permana Zen; Staf Khusus Menteri, Gusti Nurpansyah dan sejumlah asisten deputi terkait. (munawir)