Kerjasama di bidang riset dan iptek antara Indonesia dengan Iran secara resmi dimulai pada tahun 2006 yang ditandai dengan penandatantangan Nota Kesepahaman antara Menteri Riset dan Teknologi saat itu, Kusmayanto Kadiman dengan Menteri Luar Negeri Iran, di hadapan presiden SBY dan Presiden Mahmoud Ahmadinedjad. Sejak itu, kedua negara membentuk Joint Committee Meeting (JCM) on Research and Technology yang sampai saat ini telah bertemu sebanyak 3 kali baik di Iran maupun di Indonesia untuk membicarakan perkembangan kerja sama di bidang riset dan iptek. Kerjasama kedua negara diarahkan kepada iptek sebagai solusi atas permasalahan global saat ini.
Hal itu disampaikan Deputi Menristek bidang Jaringan Iptek, Agus Rusyana Hoetman, saat membuka pertemuan Indonesia-Iran JCM on Research and Technology ke-4 di Jakarta yang berlangsung pada Senin-Selasa, 22-23 Juli 2013. Dalam sambutannya, Agus menyampaikan bahwa selama ini Indonesia dan Iran memfokuskan kerjasama riset dan ipteknya di dalam beberapa bidang, yaitu ilmu kebumian, nanoteknologi, teknologi kedirgantaraan, ilmu kedokteran dan sel punca, serta bioteknologi. “Berbagai bentuk kerjasama, baik itu pertukaran peneliti dan ilmuwan, program riset bersama, penyelenggaraan seminar maupun workshop bersama, dapat dilakukan untuk meningkatkan kerjasama yang sedang berjalan ataupun yang akan dilakukan di masa mendatang,” ujar Agus.
Selain beberapa bidang tersebut di atas, Indonesia juga tertarik untuk menjajaki kerjasama terkait pengembangan Science Techno Park (STP). Iran mempunyai banyak pengalaman dalam menelurkan program spin off/start up company yang berasal dari perguruan tinggi. Iran juga tercatat sebagai negara yang mempunyai jumlah publikasi terbanyak di antara negara Islam lainnya. Sejalan dengan hal tersebut, Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia, Mahmoud Farazandeh dalam sambutannya pada pertemuan tersebut menyampaikan bahwa Indonesia dan Iran mempunyai semangat yang sama dalam kerjasama iptek ini dan berharap kerjasama dapat direalisasikan dalam tataran yang lebih teknis dan praktis. “Wajib hukumnya bagi Iran untuk berbagi kemajuan yang dicapai dalam bidang riset dan iptek kepada negara-negara sahabat,” ujar Mahmoud.
Dalam pertemuan tersebut, anggota JCM dari kedua negara menyampaikan kemajuan dari masing-masing bidang yang dikerjasamakan. Dari Indonesia, delegasi terdiri dari perwakilan Kementerian Ristek, BPPT, LIPI, LAPAN, BSN dan Fakultas Kedokteran UI. Sementara itu delegasi dari Iran berjumlah 10 orang berasal dari Kementerian Sains, Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Kementerian Pertahanan, Pusat Penelitian Energi, dan STP. Delegasi Iran yang dimpimpin Deputi Menteri Iptek Iran, Mohammad Mehdi Nejad Noori, juga akan berkunjung ke PT Dirgantara Indonesia dan Bandung Technology Park di Jawa Barat.
Kerjasama kedua negara di bidang riset dan iptek mulai dijajaki pada tahun 2003, saat Menristek pada waktu itu Hatta Rajasa berkunjung ke Iran atas undangan Menteri Sains, Riset dan Teknologi Iran, Mostafa Moin. Keduanya menandatangani Pernyataan Bersama yang berisikan tekad kedua belah pihak untuk meningkatkan hubungan persahabatan dan hubungan kerjasama di bidang riset dan iptek untuk meningkatkan pembangunan sosial ekonomi kedua negara. Tahun ini, Iran kembali mengundang Menristek untuk berkunjung ke Iran dan sekaligus menandatangani perpanjangan Nota Kesepahaman yang mendasari kerjasama riset dan iptek kedua negara.(munawir)