Remote sensing atau penginderaan jauh (inderaja) merupakan teknologi yang sangat diandalkan untuk mendapatkan informasi mengenai obyek-obyek di bumi, maupun obyek-obyek lainnya yang tidak kasat mata. Teknologi ini memanfaatkan gelombang elektromagnetik untuk memberikan informasi berkaitan dengan obyek-obyek yang direkamnya. Awalnya teknologi ini berkembang untuk kepentingan militer, namun akhirnya dimanfaatkan sipil untuk menggantikan teknologi terrestrial dan foto udara dengan wahana sederhana yang telah berkembang sebelumnya.
Setelah sukses menggelar Asian Conference on Remote Sensing (ACRS) yang ke-7, 26 tahun yang silam, tahun ini Indonesia kembali dipercaya menjadi tuan rumah Asian Conference on Remote Sensing (ACRS) ke 34 yang diselenggarakan di Discovery Kartika Plaza Hotel – Bali, pada tanggal 21 hingga 24 Oktober 2013. Pertemuan ACRS ini diselenggarakan tiap tahunnya dengan semangat meningkatkan kerjasama, kebersamaan dan persaudaraan antar pemangku kepentingan teknologi penginderaan jauh di kawasan Asia. Tahun ini ACRS mengangkat tema “Bridging Sustainable Asia”, dimana para pemangku kepentingan teknologi inderaja dari berbagai negara di Asia dan dunia, negara berkembang dan negara maju, bersama-sama mendiskusikan peluang dan tantangan pengembangan teknologi remote sensing dalam mengatasi berbagai permasalahan global untuk menuju kawasan Asia Pacific yang berkelanjutan.
Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta yang membuka pertemuan tersebut menyampaikan bahwa baru-baru ini Indonesia meningkatkan kapasitas teknologi remote sensing-nya melalui upgrading sistem penerimaan dan pengolahan data satelit SPOT4/5/6, LDCM dan ALOS 2 yang mendukung kinerja dua stasiun bumi di Pare-Pare, Sulawesi Selatan dan Rumpin, Banten. Terlepas dari hal tersebut, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dan kendala dalam riset dan pengembangan remote sensing. “Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala tersebut, saya mendorong kolaborasi internasional di bidang remote sensing, baik aspek data maupun aplikasinya,” ujar Menristek
Menristek menambahkan, riset dan inovasi harus menjadi bagian dari pengembangan bisnis. Menristek berharap remote sensing dapat memainkan peran yang penting dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan daya saing bisnis, melalui pemanfaatan hasil riset remote sensing oleh para pengguna dalam hal ini pemerintah, industri dan masyarakat. Saat ini remote sensing secara luas digunakan untuk menginventarisir dan mengamati sumber daya alam, pemetaan geologi, dan tingkat perubahan lahan, misalnya lahan perkebunan, daerah bencana, pemetaan irigasi dan lain sebagainya. “Riset dan pengembangan remote sensing harus diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah, industri dan masyarakat,” tegas Menristek.
Pembukaan ACRS turut dihadiri Kepala LAPAN, Bambang S. Tedjakusuma; Kepala BIG, Asep Karsidi; Kepala BPPT, Marzan Aziz Iskandar; Staf Ahli Menristek Bidang TIK, I Wayan Budiastra; dan Staf Khusus Menristek, Gusti Nurpansyah. (munawir)